40 HADITS TENTANG AKHLAK: Hadits ke-13

Hadits ke-13: Dermawan

A.    Redaksi Hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنْفِقْ أُنْفِقْ عَلَيْكَ وَقَالَ: يَدُ اللَّهِ مَلْأَى لاَ تَغِيضُهَا نَفَقَةٌ سَحَّاءُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَقَالَ: أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْفَقَ مُنْذُ خَلَقَ السَّمَاءَ وَالأَرْضَ فَإِنَّهُ لَمْ يَغِضْ مَا فِي يَدِهِ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى المَاءِ وَبِيَدِهِ المِيزَانُ يَخْفِضُ وَيَرْفَعُ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah 'Azza wa Jalla berfirman, ‘Berinfakklah engkau, niscaya Aku berinfak kepadamu ’. Beliau pun berkata, “Tangan Allah selalu penuh tidak akan dikosongkan oleh pemberian nafkah, selalu terbuka siang dan malam.” Beliau juga berkata. "Sebagaimana yang kalian ketahui apa-apa yang telah diinfakkan semenjak penciptaan langit dan bumi, sungguh tidak habis apa yang ada di tangan-Nya, dan Arsy-Nya di atas air sementara di tangan-Nya timbangan yang turun dan naik.” (Muttafaq ‘Alaih)

B.     Takhrij Hadits

1.      Shahih al-Bukhari, Bab Qaulillahi Ta’ala Lima Khalaqtu bi Yadayya no. 7411, Bab Wa Kana ‘Arsyuhu ;ala al-Ma’i wa Huwa Rabbul ‘Arsyi al-‘Azhim no.7419, dan Bab Wa Bihadza al-Isnad Qalallahu Anfiq Unfiq ‘Alaika no. 7496

2.      Shahih Muslim, Bab al-Hatstsi ‘ala an-Nafaqah wa Tabsyiri al-Munfiq bi al-Khalaf no. 993

3.      Sunan Ibnu Majah, Bab Fima Ankarat al-Jahmiyyah no. 197, Bab an-Nahyi ‘an an-Nadzri no. 2123

4.      Sunan at-Tirmidzi, Bab Wa min Surah al-Ma’idah no. 3045

5.      Musnad Ahmad, Musnad Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu no. 7298, no. 8140

C.    Kandungan Hadits

            Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk berinfak pada perkara yang baik, dan kabar gembira bagi pelakunya bahwa Allah akan mengganti hartanya itu dengan karunia-Nya. Ahli kebaikan dalam agama dan yang mendambakan keindahan, dimana hal tersebut mengindikasikan bahwa sesuatu yang paling utama dan memuaskan diri seseorang di dunia dan sebaik-baik bekal untuk kehidupan akhirat kelak adalah sikap dermawan, karena kedermawanan akan melahirkan nama baik dan kehormatan. Orang yang berinfak hendaknya mempunyai niat karena Allah, berinfak untuk membanggakan diri bukan kedermawanan yang terpuji, bahkan berubah menjadi suatu kehinaan jika dalam pelaksanaannya justru mengandung kesombongan terhadap sesama hamba Allah.

            Di antara manfaat kedermawanan ialah: Pertama, bahwa Allah akan memberi ganti untuk yang berinfak. Kedua, bahwa Allah akan menambahkan bagi yang berinfak beberapa kali lipat dari yang diinfakkannya. Ketiga, bahwa orang yang berinfak berarti memlihara dirinya dari api neraka jahannam. Keempat, bahwa sebaik-baik obat bagi manusia adalah sedekah. Kelima, bahwa infak merupakan benteng harta. Keenam, bahwa kedermawanan termasuk sifat yang dicintai Allah. Ketujuh, bahwa tangan yang memberi lebih baik daripada tangan yang menerima. Kedelapan, bahwa kedermawanan sering menutupi aib. Imam Syafi’i berkata, “Engkau tutupi dengan kedermawanan, karena setiap aib bisa ditutupinya.”

            Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya dari ‘Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Barangsiapa di antara kalian yang Allah memberinya harta, maka hendaklah dengan itu ia menyambung tali kekeluargaan dengan kerabatnya, berbuat baik terhadap tamu, memberi kepada yang membutuhkan (yang sedang dalam kesulitan, ibnu sabil, orang-orang miskin, orang fakir dan para mujahid), dan hendaklah ia bersabar terhadap yang meminta-minta, karena sesungguhnya dengan sifat-sifat ini ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat.”

            Ditanyakan kepada al-Hasan, “Siapakah orang yang dermawan itu?” Ia menjawab, “Yaitu orang yang seandainya dunia di tangannya maka ia akan menafkahkannya, kemudian setelah itu ia tidak melihat adanya hak baginya pada dunia itu.”

Komentar