40 HADITS TENTANG AKHLAK: Hadits ke-27

Hadits ke-27: Larangan Berdusta

A.    Redaksi Hadits

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا: إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ

Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Empat hal yang barangsiapa ada padanya maka ia benar-benar seorang munafik, dan barangsiapa yang padanya ada salah satunya berarti ia memiliki salah satu sifat kemunafikan sehingga ia meninggalkannya: Jika dipercaya ia berkhianat, jika berbicara ia dusta, jika berjanji ia ingkar dan jika berselisih ia berlaku jahat.” (HR. al-Bukhari)

B.     Takhrij Hadits

1.      Shahih Muslim, Bab Bayan Khishal al-Munafiq no. 58

2.      Sunan Abi Dawud, Bab ad-Dalil ‘ala Ziyadah al-Iman wa Nuqshanihi no. 4688

3.      Sunan at-Tirmidzi, Bab Ma Ja’a fi ‘Alamah al-Munafiq no. 2632

4.      Sunan an-Nasa’i, Bab ‘Alamah al-Munafiq no. 5020

5.      Musnad Ahmad, Bab Musnad ‘Abdillah bin ‘Amr bin al-‘Ash Radhiyallahu ‘Anhuma no. 6768, no. 6864, dan no. 6879

C.    Kandungan Hadits

Dusta termasuk sifat orang-orang munafik, sebagaimana disebutkan dalam hadits, bahkan dalam hadits lain disebutkan, “Sesungguhnya orang yang berdusta itu berdusta karena menggampangkan dirinya terhadap kedustaan.” Oleh karena itu dusta sangat jauh dari tabiat seorang mukmin.

Pernah dikatakan kepada Rasulullah, “Mungkinkah seorang mukmin menjadi pengecut?” Beliau menjawab, “Ya.” Ditanyakan lagi kepadanya, “Mungkinkah seorang mukmin menjadi kikir?” Beliau menjawab, “Ya.” Ditanyakan lagi kepadanya, “Mungkinkah seorang mukmin menjadi pendusta?” Beliau menjawab, “Tidak.”

Sifat yang paling dibenci Rasulullah adalah dusta. ‘Aisyah berkata, “Tidak ada akhlak yang lebih dibenci oleh Rasulullah daripada dusta. Pernah ada seorang laki-laki yang berbicara di hadapan Rasulullah disertai kedustaan, maka beliau tetap merasa tidak suka terhadap dirinya sampai diketahui bahwa orang itu telah bertaubat.”

Dusta adalah dusta, baik itu canda maupun sungguhan, baik terhadap anak kecil maupun terhadap orang dewasa. Dusta yang paling besar adalah berdusta atas nama Allah, dan ancaman dahsyat bagi yang berdusta atas nama Rasulullah.

Al-Fudhail berkata, “Tidak ada potongan daging yang lebih dicintai Allah daripada lisan jika itu jujur, dan tidak ada potongan daging yang lebih dibenci oleh Allah (daripada lisan) jika itu dusta.”

Komentar