Hadits ke-17: Rendah Hati
A. Redaksi Hadits
عَنْ عِيَاضِ بْنِ
حِمَارٍ قَالَ: قَال رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ اللهَ
أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا
يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ»
Dari ‘lyadh bin Himar Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar
kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak seorang pun membanggakan diri terhadap yang Iain, dan tidak
seorang pun menuntut yang lain. "(HR. Muslim)
B. Takhrij Hadits
1. Shahih Muslim, Bab ash-Shifati allati Yu’rafu Biha fi ad-Dunya Ahlu
al-Jannah wa Ahlu an-Nar no. 2865
2. Al-Mu’jam al-Kabir li ath-Thabrani, Nisbatuhu no. 1000
C. Kandungan Hadits
Hadits
di atas menganjurkan untuk bersikap rendah hati dan menjauhi sikap sombong. Orang
yang berakal seharusnya bersikap rendah hati dan menjauhi sikap sombong, karena
rendah hati mengandung nilai yang tinggi, dimana seseorang yang semakin
merendahkan hati maka semakin tinggi derajatnya. Jadi sudah seharusnya orang
yang berakal menghiasi dirinya dengan sifat ini. Rendah hati ada dua macam;
rendah hati yang terpuji dan rendah hati yang tercela. Rendah hati yang terpuji
adalah meninggalkan sikap sombong dan membanggakan diri terhadap sesama hamba Allah.
Adapun rendah hati yang tercela adalah rendah hati seseorang terhadap orang yang
berharta karena mengharap hartanya (keduniaannya).
Orang
yang berakal hendaknya bisa meninggalkan sikap rendah hati yang tercela,
bagaimana pun kondisinya, dan hendaknya ia tidak meninggalkan sikap rendah hati
yang terpuji, bagaimana pun kondisinya. Sebaik-baik manusia adalah yang rendah
hati terhadap tingginya kedudukan, zuhud terhadap kemampuan dan kekuatannya. Seseorang
tidak meninggalkan sikap rendah hati kecuali saat dikuasai kesombongan, maka
tidak seorang pun yang menyombongkan diri terhadap orang lain kecuali karena
ketakjuban terhadap dirinya sendir. Seseorang takjub terhadap diri sendiri
karena kedengkian akalnya.
Ka’b
berkata, “Tidaklah Allah Azza wa Jalla memberikan nikmat di dunia kepada
seorang hamba lalu mensyukurinya dan merendahkan hatinya karena Allah kecuali Ia
akan memberi manfaatnya di dunia dan ditinggikan derajatnya di akhirat. Tidaklah
Allah Azza wa Jalla memberikan nikmat di dunia kepada seorang hamba lalu
tidak mensyukurinya dan tidak merendahkan hati karena Allah, kecuali Allah akan
menghilangkan manfaatnya di dunia dan akan dihamparkan lempengan dari api
untuknya. Lalu jika Allah berkehendak maka ia akan disiksa dengan itu atau di
lepaskan darinya.”
Ibnu al-Mubarak berkata, “Inti rendah hati adalah merendahkan hati terhadap orang yang lebih rendah darimu dalam masalah nikmat dunia, sehingga engkau mengesankan bahwa keduniaanmu bukan suatu kelebihan terhadapnya, dan engkau tetap menjaga wibawamu terhadap orang yang lebih tinggi darimu dalam masalah nikmat dunia sehingga engkau mengesankan bahwa keduniaannya bukan suatu kelebihan terhadapmu.”
Komentar
Posting Komentar