Hadits ke-26: Jujur
A. Redaksi Hadits
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي
إِلَى الفُجُورِ وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا»
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, "Sesungguhnya jujur itu mengantarkan kepada
kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan kepada surga. Sungguh, seorang laki-laki bisa bersikap jujur sehingga ditulis sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya
kedustaan itu mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka,
dan sungguh seorang laki-Iaki bisa berdusta sehingga ditulis di sisi Allah
sebagai seorang pendusta.” (HR. al-Bukhari)
B. Takhrij Hadits
1. Shahih Muslim, Bab Qubhi al-Kadzib wa Husni ash-Shidqi wa Fadhlihi no. 2607
2. Sunan Abi Dawud, Bab fi at-Tasydid fi al-Kadzib no. 4989
3. Sunan Ibnu Majah, Bab Ijtinab al-Bida’i wa al-Jadal no. 46
4. Sunan at-Tirmidzi, Bab Ma Ja’a fi ash-Shidqa wa al-Kadzib no. 1971
5. Musnad Ahmad, Bab ‘Abdillah bin Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu no. 3638, no. 3727, no. 3896, no. 4022
6. Sunan ad-Darimi, Bab fi al-Kadzib no. 2757
C. Kandungan Hadits
Para ulama berkata, “Hadits di atas bermakna
bahwa jujur mengantarkan kepada amal shalih yang bersih dari setiap cela,
sedangkan al-Birr, adalah sebutan untuk semua jenis kebaikan. Ada yang
mengatakan bahwa al-Birr adalah surga. Bisa juga diartikan sebagai amal shalih
dan surga. Sedangkan kedustaan bisa menimbulkan kejahatan.”
Hadits ini menganjurkan kita untuk senantiasa
bersikap jujur. Allah menyatakan orang yang selalu bersikap jujur dengan
sebutan shiddiq jika senantiasa menjalankannya. Jujur termasuk unsur
terpenting dalam kehidupan sosial, disamping sebagai landasan utama struktur
masyarakat. Tanpa adanya kejujuran, maka akan terurailah semua ikatan
masyarakat dan hubungan antar sesama manusia.
Al-Marudzi berkata, “Aku berkata kepada Abu ‘Abdillah
Ahmad bin Hanbal, ‘Dengan apa seseorang dapat menerima sesuatu sehingga dikenal
seperti yang diterimanya?’ Ia menjawab, ‘Dengan kejujuran’.” Kemudian ia
berkata, “Sesungguhnya kejujuran berhubungan dengan kebaikan.” Fudhail nin Iyadh
berkata, “Tidaklah ada hias yang lebih utama dari kejujuran.”
Isma’il bin ‘Andullah al-Makhzumi berkata, “”Abdul
Malik bin Marwan memerintahkanku untuk mengajari anak-anaknya tentang
kejujuran, disamping mengajari mereka al-Qur’an, agar aku menjauhkan mereka
dari sifat dusta. Jika tidak berhasil, maka hukumannya dibunuh.”
Komentar
Posting Komentar