40 HADITS TENTANG AKHLAK: Hadits ke-26

Hadits ke-26: Jujur

A.    Redaksi Hadits

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا وَإِنَّ الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا»

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, "Sesungguhnya jujur itu mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan kepada surga. Sungguh, seorang laki-laki bisa bersikap jujur sehingga ditulis sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kedustaan itu mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan ke neraka, dan sungguh seorang laki-Iaki bisa berdusta sehingga ditulis di sisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. al-Bukhari)

B.     Takhrij Hadits

1.      Shahih Muslim, Bab Qubhi al-Kadzib wa Husni ash-Shidqi wa Fadhlihi no. 2607

2.      Sunan Abi Dawud, Bab fi at-Tasydid fi al-Kadzib no. 4989

3.      Sunan Ibnu Majah, Bab Ijtinab al-Bida’i wa al-Jadal no. 46

4.      Sunan at-Tirmidzi, Bab Ma Ja’a fi ash-Shidqa wa al-Kadzib no. 1971

5.      Musnad Ahmad, Bab ‘Abdillah bin Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu no. 3638, no. 3727, no. 3896, no. 4022

6.      Sunan ad-Darimi, Bab fi al-Kadzib no. 2757

C.    Kandungan Hadits

Para ulama berkata, “Hadits di atas bermakna bahwa jujur mengantarkan kepada amal shalih yang bersih dari setiap cela, sedangkan al-Birr, adalah sebutan untuk semua jenis kebaikan. Ada yang mengatakan bahwa al-Birr adalah surga. Bisa juga diartikan sebagai amal shalih dan surga. Sedangkan kedustaan bisa menimbulkan kejahatan.”

Hadits ini menganjurkan kita untuk senantiasa bersikap jujur. Allah menyatakan orang yang selalu bersikap jujur dengan sebutan shiddiq jika senantiasa menjalankannya. Jujur termasuk unsur terpenting dalam kehidupan sosial, disamping sebagai landasan utama struktur masyarakat. Tanpa adanya kejujuran, maka akan terurailah semua ikatan masyarakat dan hubungan antar sesama manusia.

Al-Marudzi berkata, “Aku berkata kepada Abu ‘Abdillah Ahmad bin Hanbal, ‘Dengan apa seseorang dapat menerima sesuatu sehingga dikenal seperti yang diterimanya?’ Ia menjawab, ‘Dengan kejujuran’.” Kemudian ia berkata, “Sesungguhnya kejujuran berhubungan dengan kebaikan.” Fudhail nin Iyadh berkata, “Tidaklah ada hias yang lebih utama dari kejujuran.”

Isma’il bin ‘Andullah al-Makhzumi berkata, “”Abdul Malik bin Marwan memerintahkanku untuk mengajari anak-anaknya tentang kejujuran, disamping mengajari mereka al-Qur’an, agar aku menjauhkan mereka dari sifat dusta. Jika tidak berhasil, maka hukumannya dibunuh.”


Komentar