Hadits ke-35: Larangan Berburuk Sangka
A. Redaksi Hadits
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ
تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَكُونُوا
عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا»
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Jauhilah oleh kalian buruk sangka, karena buruk sangka adalah perkataan paling dusta. Janganlah kalian saling mencuri dengar, janganlah saling memata-matai, janganlah saling mendengki, janganlah saling membelakangi dan janganlah saling bermarahan. Tapi jadilah hamba-hamba
Allah yang saling bersaudara.” (HR. al-Bukhari)
B. Takhrij Hadits
1. Shahih Muslim, Bab as-Sihr no. 2189
2. Sunan Ibnu Majah, Bab as-Sihr no. 2545
3. Musnad Ahmad, Bab Musnad ash-Shiddiqah ‘Aisyah binti ash-Shiddiq
Radhiyallahu ‘Anhuma no. 24237, no. 24300, no. 24347, no. 24348, dan no.
24650
4. As-Sunan al-Kubra li an-Nasa’i, Bab as-Sihr no. 7569
5. Musnad Abi Ya’la, Bab Musnad ‘Aisyah no. 4882
6. Shahih Ibnu Hibban, Bab Dzikru Washfi Ma Thibba an-Nabiyyu Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam Ba’da Qudumihi al-Madinah no. 6583, Bab Dzikru Khabar Tsanin Yusharrihu bi Shihhati Ma Dzakarnahu no. 6584
C. Kandungan Hadits
Di antara yang dimaksud hadits di atas adalah
larangan berburuk sangka. Al-Khithabi berkata, “Yaitu menetapkan sangkaan dan
membernarkannya, bukan yang hanya terbesit di dalam jiwa karena yang demikian
tidak dianggap.” Maksud dari al-Khithabi adalah bahwa prasangka yang diharamkan
adalah yang terus menerus dipelihara di dalam hati, bukan prasangka di dalam
hati yang kemudian tidak berlanjut, karena yang demikian ini tidak berdosa.
Dinyatakan prasangka buruk sebagai perkataan
paling dusta adalah sebagai isyarat bahwa yang dilarang adalah prasangka yang
tidak berdasar pada sesuatu yang bisa dijadikan landasan, kemudian prasangka
itu dijadikan sebagai sandaran dan dijadikan landasan utama serta dipakai untuk
landasan penyimpulan, maka hal itu diklaim sebagai pendusta.
Dinyatakan prasangka buruk lebih berat dari dusta, karena dusta dasarnya adalah memburukkan tapi tidak memerlukan keburukan itu, sedangkan prasangka buruk itu orang yang menyatakannya mengaku berlandaskan sesuatu, maka prasangka buruk lebih berat daripada dusta dan lebih nista. Lagi pula, bahwa beralasan dengan prasangka buruk lebih banyak terjadi daripada yang murni dusta, karena sering tidak terlihat, sedangkan kedustaan akan lebih tampak kelemahannya sebab tanpa alasan.
Komentar
Posting Komentar