Hadits ke-24: Dzikir dan Keutamaannya
A. Redaksi Hadits
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَثَلُ
الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الحَيِّ
وَالمَيِّتِ»
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata, Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang mengingat Rabbnya dan
yang tidak mengingat(-Nya) adalah bagaikan yang hidup dan yang mati'.'' (HR. al-Bukhari)
B. Takhrij Hadits
1. Shahih Muslim, Bab Istihbab Shalati an-Nafilah fi Baitihi wa Jawaziha fi
al-Masjid no. 779
2. Shahih Ibnu Hibban, Bab Dzikru Tamtsil al-Mushthafa al-Maudhi’a alladzi
Yudzkarullahu Jalla wa ‘Ala fihi wa al-Maudhi’a alladzi La Yudzkarullahu fihi no. 854
3. Musnad Abi Ya’la, Bab Hadits Abi Musa al-Asy’ari no. 7306
C. Kandungan Hadits
Allah Ta’ala berfirman, “Dan
sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf [7]: 205). Ayat lainnya, “Hai
orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir
yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.”
(QS. Al-Ahzab [33]: 41-42).
Dzikir ada tiga macam bagian: Dzikir dengan
lisan, yakni dengan mengucapkan lafazh-lafazh yang menunjukkan tasbih, tahmid,
dan tamjid. Dzikir dengan hati, yakni memikirkan tentang dalil-dalil
dzat dan sifat-sifat Allah serta dalil-dalil perintah dan larangan hingga
menghayati hukum-hukumnya, termasuk tentang rahasia-rahasia ciptaan Allah. Dzikir
dengan anggota badan, yakni melakukan berbagai ketaatan.
Keutamaan dzikir tidak terbatas pada tasbih,
tahlil, tahmid, takbir, dan sejenisnya saja, tapi juga
mencakup setiap amal dalam rangka taat kepada Allah. Sebak-baik dzikir adalah
dengan hati dan lisan. Jika hanya mampu dengan salah satunya, maka yang lebih
utama adalah dengan hati. Tidak sepantasnya meninggalkan dzikir dengan lisan
yang disertai hati karena takut dikira riya’, karena yang lebih baik adalah
dengan keduanya dan disertai dengan niat mencari ridha Allah.
Dalam hadits disebutkan tentang keutamaan
mengingat Allah, yang mana diumpamakan bahwa orang yang berdzikir adalah
laksana orang hidup yang menjalani kehidupan, sedangkan yang tidak berdzikir
laksana orang mati. Ada pendapat yang menyebutkan, bahwa pengumpamaan yang
hidup dengan yang mati adalah karena yang hidup bisa mendatangkan manfaat dan mudharat,
sedangkan pada yang mati tidak demikian.
Di antara faidah dzikir: (1) Orang-orang yang berdzikir lebih dahulu memperoleh kebaikan dan mencapai derajat yang tinggi, (2) Dzikir adalah benteng yang sangat kokoh bagi manusia, (3) Dengan dzikir maka ikatan setan akan terurai, (4) Orang yang mengingat Allah akan diingat oleh Allah, (5) Dzikir adalah makanan hati dan jiwa, tanpanya manusia akan kehilangan cahaya dan kehidupan, sehingga lebih menyerupai rumah yang rubuh, (6) Dzikir akan menambah kecintaan kepada Allah di dalam hati dan menyebabkan kecintaan Allah kepada hamba-Nya, (7) Dzikir dapat menimbulkan wibawa terhadap Allah, (8) Dzikir menyebabkan munculnya ketenangan dan ketenteraman, (9) Dzikir merupakan faktor keberuntungan.
Komentar
Posting Komentar