Hadits ke-4: Mencintai Allah
A. Redaksi Hadits
عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ
اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ
لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا
يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ"
Dari Anas Radhiyallahu
‘Anhu dari Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam,
beliau bersabda, “Tiga hal yang jika terdapat pada diri seseorang
maka dengannya ia akan merasakan manisnya iman: Yaitu barangsiapa yang Allah
dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada keduanya, mencintai seseorang yang tidak
dicintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekufuran
setelah Allah menyelamatkannya dari itu, sebagaimana ia benci untuk dilemparkan
ke dalam api reraka. ”(HR. al-Bukhari)
B. Takhrij Hadits
1. Shahih al-Bukhari, Bab Minal Iman an Yuhibba li Akhihi Ma Yuhibbu li
Nafsihi no. 13, Bab Hubbu ar-Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minal Iman
no. 15, Bab Man Kariha an Ya’uda fi
al-Kufri Kama Yakrahu an Yulqa fi an-Nar minal Iman no. 21, Bab al-Hubbi
Fillah no. 6041, Bab Man Ikhtara adh-Dharba wa al-Qatla wa al-Hawan ‘ala
al-Kufri no. 6941
2. Shahih Muslim, Bab Bayan Khishalin man Ittashafa Bihinna Wajada Halawath al-Iman no.
43, Bab Wujubi Mahabbah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam no. 44,
Bab ad-Dalil ‘ala anna min Khishal al-Iman an Yuhibba li Akhihi al-Muslim ma
Yuhibbu li Nafsihi min al-Khair no. 45
3. Sunan Ibnu Majah, Bab Fi al-Iman no. 66-67, Bab ash-Shabri ‘ala al-Bala’ no. 4033
4. Sunan an-Nasa’i, Bab Tha’mul Iman no. 4987, Bab Halawatul Iman no. 4988, Bab
Halawatul Islam no. 4989, Bab ‘Alamatul Iman no. 5013-5014, no.
5016-5017, no. 5039
5. Sunan at-Tirmidzi, Abwab Shifat al-Qiyamah wa ar-Raqaiq wa al-Wara’ ‘an Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam no. 2515, Abwab al-Iman no. 2624
C. Kandungan Hadits
Perkataan
“manisnya iman”. Iman memiliki rasa yang manis, dan manisnya bukan manis yang
bersifat kongkrit yang dirasakan manusia dengan lidahnya. Akan tetapi manisnya
bersifat abstrak yang dirasakannya dengan hatinya. Maksudnya memperoleh kenikmatan
dengan iman, kelapangan dada dengan Islam, ketenteraman dan sebagainya yang
hampir tidak dapat dilukiskan oleh seorang manusia. Sebab ini termasuk perkara
yang bersifat abstrak dan bathiniyah yang tidak mungkin dapat dilukiskan.
Iman
memiliki rasa yang manis, hingga dalam beberapa kesempatan seseorang merasakan
manisnya iman, namun dalam kesempatan yang lain rasa manis ini melemah. Hal itu
menurut ketergantungan dan hubungan dengan Allah, dan manisnya iman dalam
hadits ini dijelaskan Rasulullah memiliki beberapa tanda di antaranya:
Pertama, Allah dan Rasul-Nya menjadi yang paling dicintai daripada selain keduanya. Mengagungkan Allah dan Rasul-Nya melebihi pengagunganmu terhadap selain keduanya, mematuhi keduanya melebihi kepatuhan kepada selain keduanya, dan demikian seterusnya.
Kedua, mencintai seseorang karena Allah semata. Artinya tidak ada sebab lain untuk mencintai seseorang, misalnya mencintainya karena kekerabatan, persahabatan, kebaikan yang pernah diterima dan sebagainya. Dengan demikian tidak ada seseuatu yang mengharuskan untuk mencintai seseorang melainkan karena Allah semata, ayitu untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya.
Ketiga,
benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya dilemparkan ke dalam api.
Komentar
Posting Komentar