40 HADITS TENTANG AKHLAK: Hadits ke-4

 

Hadits ke-4: Mencintai Allah

A.    Redaksi Hadits

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ المَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ"

Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Tiga hal yang jika terdapat pada diri seseorang maka dengannya ia akan merasakan manisnya iman: Yaitu barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya dari itu, sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api reraka. ”(HR. al-Bukhari)

B.     Takhrij Hadits

1.      Shahih al-Bukhari, Bab Minal Iman an Yuhibba li Akhihi Ma Yuhibbu li Nafsihi no. 13, Bab Hubbu ar-Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam minal Iman no. 15, Bab  Man Kariha an Ya’uda fi al-Kufri Kama Yakrahu an Yulqa fi an-Nar minal Iman no. 21, Bab al-Hubbi Fillah no. 6041, Bab Man Ikhtara adh-Dharba wa al-Qatla wa al-Hawan ‘ala al-Kufri no. 6941

2.      Shahih Muslim, Bab Bayan Khishalin man Ittashafa Bihinna Wajada Halawath al-Iman no. 43, Bab Wujubi Mahabbah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam no. 44, Bab ad-Dalil ‘ala anna min Khishal al-Iman an Yuhibba li Akhihi al-Muslim ma Yuhibbu li Nafsihi min al-Khair no. 45

3.      Sunan Ibnu Majah, Bab Fi al-Iman no. 66-67, Bab ash-Shabri ‘ala al-Bala’ no. 4033

4.      Sunan an-Nasa’i, Bab Tha’mul Iman no. 4987, Bab Halawatul Iman no. 4988, Bab Halawatul Islam no. 4989, Bab ‘Alamatul Iman no. 5013-5014, no. 5016-5017, no. 5039

5.      Sunan at-Tirmidzi, Abwab Shifat al-Qiyamah wa ar-Raqaiq wa al-Wara’ ‘an Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam no. 2515, Abwab al-Iman no. 2624

C.    Kandungan Hadits

            Perkataan “manisnya iman”. Iman memiliki rasa yang manis, dan manisnya bukan manis yang bersifat kongkrit yang dirasakan manusia dengan lidahnya. Akan tetapi manisnya bersifat abstrak yang dirasakannya dengan hatinya. Maksudnya memperoleh kenikmatan dengan iman, kelapangan dada dengan Islam, ketenteraman dan sebagainya yang hampir tidak dapat dilukiskan oleh seorang manusia. Sebab ini termasuk perkara yang bersifat abstrak dan bathiniyah yang tidak mungkin dapat dilukiskan.

            Iman memiliki rasa yang manis, hingga dalam beberapa kesempatan seseorang merasakan manisnya iman, namun dalam kesempatan yang lain rasa manis ini melemah. Hal itu menurut ketergantungan dan hubungan dengan Allah, dan manisnya iman dalam hadits ini dijelaskan Rasulullah memiliki beberapa tanda di antaranya:

            Pertama, Allah dan Rasul-Nya menjadi yang paling dicintai daripada selain keduanya. Mengagungkan Allah dan Rasul-Nya melebihi pengagunganmu terhadap selain keduanya, mematuhi keduanya melebihi kepatuhan kepada selain keduanya, dan demikian seterusnya.

            Kedua, mencintai seseorang karena Allah semata. Artinya tidak ada sebab lain untuk mencintai seseorang, misalnya mencintainya karena kekerabatan, persahabatan, kebaikan yang pernah diterima dan sebagainya. Dengan demikian tidak ada seseuatu yang mengharuskan untuk mencintai seseorang melainkan karena Allah semata, ayitu untuk melaksanakan ibadah kepada-Nya.

            Ketiga, benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya dilemparkan ke dalam api. 

Komentar