40 HADITS TENTANG AKHLAK: Hadits ke-9

Hadits ke-9: Mencintai untuk Saudaranya Apa yang Dicintai untuk Dirinya Sendiri

A.    Redaksi Hadits

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ»

Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Tidaklah beriman (dengan sempurna) seseorang di antara kamu sehingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (Muttafaq ‘Alaih)

B.     Takhrij Hadits

1.      Shahih al-Bukhari, Bab Minal Iman an Yuhibba li Akhihi Ma Yuhibbu li Nafsihi no. 13, Bab Halawah al-Iman no. 16, Bab  Man Kariha an Ya’uda fi al-Kufri Kama Yakrahu an Yulqa fi an-Nar minal Iman no. 21, Bab al-Hubbi Fillah no. 6041, Bab Man Ikhtara adh-Dharba wa al-Qatla wa al-Hawan ‘ala al-Kufri no. 6941

2.      Shahih Muslim, Bab Bayan Khishalin man Ittashafa Bihinna Wajada Halawath al-Iman no. 43, Bab Wujubi Mahabbah Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam no. 44, Bab ad-Dalil ‘ala anna min Khishal al-Iman an Yuhibba li Akhihi al-Muslim ma Yuhibbu li Nafsihi min al-Khair no. 45

3.      Sunan Ibnu Majah, Bab Fi al-Iman no. 66-67, Bab ash-Shabri ‘ala al-Bala’ no. 4033

4.      Sunan an-Nasa’i, Bab Tha’mul Iman no. 4987, Bab Halawatul Iman no. 4988, Bab Halawatul Islam no. 4989, Bab ‘Alamatul Iman no. 5013-5014, no. 5016-5017, no. 5039

5.      Sunan at-Tirmidzi, Abwab Shifat al-Qiyamah wa ar-Raqaiq wa al-Wara’ ‘an Rasulillah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam no. 2515, Abwab al-Iman no. 2624

6.      Musnad Abi Dawud ath-Thayalisi, Bab Ma Rawa ‘Anhu Qatadah no. 2071, no. 2116

7.      Musnad Ahmad, Musnad Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu no. 12002, no. 12122, no. 12765, no. 12783

8.      Sunan ad-Darimi, Bab La Yu’minu Ahadukum Hatta Yuhibba li Akhihi Ma Yuhibbu li Nafsihi no. 2782-2783

C.    Kandungan Hadits

            Hadits ini termasuk dalil yang menunjukkan bahwa seorang kecintaan seorang muslim untuk saudaranya sesama muslim apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri termasuk cabang keimanan, dan bahwa dengan hilangnya rasa cinta tersebut berarti hilang pulalah keimanan. Akan tetapi apakah ini maknanya hilangnya asal keimanan atau hilangnya kesempurnaan? Jawabannya ialah yang kedua, yaitu hilangnya kesempurnaan iman, bukan asalnya.

            Di antara faedah yang terkandung dalan hadits di atas adalah keharusan seorang muslim untuk bermu’amalah dengan mu’amalah yang ditunjukkan oleh hadits tersebut. Ia tidak boleh memperlakukan mereka dengan ssuatu yang ia sendiri tidak suka diperlakukan yang sama oleh mereka. Oleh sebab itu disebutkan dalam hadits lain, “Barangsiapa ingin dijauhkan dari api neraka dan dimasukkan ke dalam surga maka hendaklah ia mendapati ajalnya (mati) sedang ia beriman kepada Allah dan hari akhir, serta berbuat terhadap manusia dengan sesuatu yang dia suka manusia berbuat begitu terhdapanya!”

            Apabila ada yang mengatakan, “Bagaimana kita mengkompromikan hadits ini dengan hadits ‘mulailah dengan dirimu sendiri!’?” Maka dijawab sesungguhnya tidak ada kontradiksi di antara keduanya. Engkau menyukai untuk saudaramu apa yang engkau sukai untuk dirimu sendiri, namun bukan maksudnya engkau diperintahkan untuk mendahulukannya dari dirimu, dan sikap lebih mengutamakan orang lain (itsar) adallah perkara yang lain lagi.

            Lebih mengutamakan orang lain bisa jadi dengan perkara yang wajib, mustahab (anjuran) atau mubah (dibolehkan). Itsar dengan perkara yang wajib haram hukumnya, sebab ia mengandung makna gugurnya sebuah kewajiban. Akan tetapi jika dalam hal ini meninggalkan perkara mustahab tersebut mengandung kemaslahatan yang lebih besar darinya yaitu dari kemaslahatan melakukan perkara mustahab, maka tidak mengapa mendahulukan orang lain. Adapun sikap mendahulukan dalam perkara yang mubah maka itu dianjurkan, karena hal tersebut mengandung makna berbuat baik kepada orang lain serta berakhlak dengan akhlak yang baik. Oleh sebab itu Allah memuji kaum Anshar, “Dan mereka mengutamakan atas (Muhajirin) atas dirinya sendiri, meskiupun mereka juga memerlukan.” (QS. Al-Hasyr: 9).

Komentar